Rabu, 15 Oktober 2014

AHLUSSUNNAH WAL JAMA'AH

Di Mana Ahlussunnah Sekarang?

Telah menjadi tradisi kalangan penulis Barat, termasuk Indonesia bahwa filsafat masuk ke dunia Islam sejak masa kejayaan Bani Abbasiyah. Ada empat alasan dikemukakan oleh Dr. Ali Sami al-Nasysyar mengoreksi tradisi keliru itu untuk membuktikan bahwa filsafat telah masuk jauh sebelum masa kejayaan Abbasiyah, melainkan masa Bani Umayyah :
1. Apa yang disebut oleh Ibnu Katsier, ia menyatakan filsafat masuk ke dunia Islam sejak abad pertama Hijriyah. Hanya saja diakui belum tersebar luas, karena keberadaan penentangan dari ulama salaf.
2. Penjelasan al Syairazie dalam “Kitab al Asfar al Arba’ah” yang ditransfer dari buku “Al-Mutharahat” karya al Suhrawardi bahwa Mutakallimin pertama (Theolog muslim pertama) telah menerima hasil transformasi yang dilakukan suatu jama’ah pada masa Khalifah Bani Umayyah dari buku-buku suatu kaum. Kaum itu mengira setiap nama Yunani adalah filsuf. Selanjutnya dijelaskan, bahwa kaum itu memuji setiap kata yang muncul dari nama Yunani.
3. Keberadaan diskusi antara kaum muslimin dengan tokoh-tokoh gereja, di dalamnya dibicarakan filsafat Yunani.  Diskusi tersebut terjadi pada abad pertama Hijriyah.
4. Khalid bin Yazid pada masa abad pertama khilafah Bani Umayyah telah memerintahkan ilmuwan-ilmuwan Yunani yang berdiam di Iskandariyah untuk menterjemahkan Organon (kumpulan karya filsafat Aristoteles) dari bahasa Yunani ke Arab.

Masuknya filsafat Yunani ke dunia Islam mempengaruhi munculnya sekte Mu’tazilah, suatu sekte yang dikenal paling rasional dan pengagum akal dalam Islam. Selain itu dikenal pula Khawarij, Murjiah, Qadariyah dan Jabariyah. Memang perlu diakui bahwa munculnya sekte-sekte itu  bukan semata pengaruh pikiran Yunanis atas pikiran Islam, tetapi juga karena perngaruh peristiwa yang muncul di kalangan  ummat Islam itu sendiri, terutama kemelut politik yang terjadi sejak masa pemerintahan Khalifah Utsman yang kemudian berkembang terus pada khalifah-khalifah selanjutnya. Alasan kedua ini dikemukakan oleh Prof.  Wensink. Selain itu juga karena pengaruh Alquran sendiri yang sejak dini telah memberikan tempat bagi ummat Islam seluas-luasnya untuk berpikir. Perintah Alquran itu dimanfaatkan oleh Khalifah Umar, saeorang khalifah yang mampu melihat hukum Islam tidak dari lahiriyah ayat, melainkan mampu menyingkapnya sampai ke tingkat yang lebih mendalam. Sehingga banyak kebijaksanaan Umar yang secara lahiriyah lebih mencerminkan sifat intelektualitas akal dibanding dhohiriyah ayat. Abad itu dapat disebut periode fiqhiyah ushuliyah. Sudah tentu masuknya filsafat Yunani ke dalam dunia Islam tidak selalu memberikan dampak positif. Untuk itu tampil golongan Ahlussunnah memberikan reaksi keras terhadap ekses-ekses negatif yang ditimbulkan oleh filsafat Yunani itu. Sehingga keluarlah fatwa-fatwa seperti : “Siapa yang bermantiq maka ia telah berbuat zindiq”, “Larilah kamu dari ilmu Kalam seperti kamu lari dari terkaman Singa”, dan lain-lainnya. Walaupun  kritik yang dilontarkan itu semata-mata destruktif (kritik menghancurkan konsep lawan), tetapi pada akhirnya membuahkan kritik konstruktif (kritik menghancurkan konsep lawan dengan menyusun konsep sendiri sebagai tandingan). Kritik konstruktif ini terutama muncul setelah Imam Muhammad bin Idris al Syafi’ie mampu mensistimatisir logika hukum Islam yang dapat dipergunakan untuk menyelamatkan diri dari kesalahan setiap melakukan inferensi (istintaj) ayat-ayat Alquran maupun  Sunnah Nabi. Diantara tokoh-tokoh Ahlussunnah pada fiqhiyah ushuliyah ini adalah Abu Hanifah (699-767), Malik bin Anas (711-787), Muhammad bin Idris al Syafi’ie (767-819) dan Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (779-855). Disebut periode fiqhiyah ushuliyah, karena kritik konstruktif mereka membuahkan apa yang dikenal dengan sebutan “Ushul Fiqih” (Prinsip-prinsip Yurisprodensi Islam).

Mu’tazilah yang lebih mewarisi Qadariyah dibanding Murjiah dan Jabariyah dalam perkembangannya lebih menunjukkan kematangan argumentatif akali. Sehingga konsep keempat tokoh Ahlussunnah itu semakin terdesak. Untuk itu golongan Ahlussunnah yang sejak semula bangkit dengan keyakinan apriori ingin mempertahankan Alquran dan Sunnah dituntut memperkuat benteng pertahanannya dengan argument-argumen rasional filsafati yang lebih mandiri. Tampillah Abu Hasan al Asy’ari (873-935) dan Abu Mansur al Maturidi (wafat 944) menjawab tuntutan tersebut. Bangkitnya kedua tokoh ini menjadikan mereka tergolong dalam apa yang disebut “Ulama Khalaf”, sementara keempat tokoh tersebut di atas tergolong dalam apa yang disebut “Ulama Salaf”. Andil ulama khalaf itu cukup besar untuk memberikan kepercayaan terhadap para penganut madzhab “Ahlussunnah”, walaupun mulanya pendapat mereka ditampik oleh ulama salaf. Tapi akhirnya diterima luas.

Tradisi Mu’tazilah dilanjutkan oleh kedatangan suatu periode filsafat Islam yang dipelopori oleh al Kindi (wafat 872), al Farabi (879-950), Ibnu Sina (980-1038), Ibnu Bajah (wafat 1137), Ibnu Thufail (1110-1185), dan Ibnu Rusyd (1126-1198). Sampai di sini kematangan filsafat mereka telah menunjukkan super akting yang berlebihan. Untuk itu muncul al Ghazali (1058-1111) dan Ibnu Maskawaih. Keduanya tampil sebagai pewaris yang lebih cenderung melanjutkan estafeta perjuangan Asy’ariyah dan al Maturidiyah. Kritik destruktif yang dilakukan mereka menggunakan alat filsafat yang setaraf dengan pemikiran filsafat mereka. Sementara untuk kritik konstruktif kedua tokoh ini menggunakan mistikisme (Tasawwuf). Keduanya, terutama al Ghazali memberikan andil yang besar bagi pemulihan kepercayaan Ahlussunnah, yang sebelumnya mulai surut dari gencaran-gencaran filsuf-filsuf Islam tersebut.

Setelah periode itu, ummat Islam tenggelam. Tampuk kepemimpinan dunia beralih ke Barat. Dunia Islam hidup dalam penjajahan mereka. Bersamaan dengan penjajahan itu mereka menawarkan ideologi-ideologi Barat yang ditopang dengan pemikiran-pemikiran filsafati abad pertengahan, selain itu ekspansi dan penjajahan yang dilakukan sarat dengan Kristrenisasi. Ummat saat itu bukan saja kehilangan negaranya, tetapi sekaligus kehilangan sejarah dan identitas serta ideologi mereka. Pada saat yang semacam itu Ahlussunnah bangkit dipelopori  oleh pikiran-pikiran Ibnu Taimiyah yang kemudian dilanjutkan oleh Jamaluddin al Afghani, Syaikh Muhammad Abduh,  Iqbal, Natsir, Kiyahi Ahmad Dahlan, Kiyahi Hasyim Asy’ari, dan lain-lainnya. Kritik yang dilakukan mereka terutama Ibnu Taimiyah, bukan saja mampu menyingkapkan kesalahan-kesalahan logika Yunani yang diagungkan oleh budaya Barat pada awal kebangkitan mereka, sehingga ilmuwan-ilmuwan Barat harus mengakui logika Yunani sebagai logika pra sains, bukan logika sains, tetapi sekaligus mampu menyusun  logika sains, logika eksperimental, yang akhirnya logika itu diambil alih oleh Roger Bacon dan dikembangkan oleh August Comte. Logika inilah yang kemudian memberikan ilham dan andil besar terhadap perkembangan teknologi. Sementara tokoh-tokoh lainnya lebih menekankan pada prinsip-prinsip ideologis politik untuk melawan indoktrinasi ideologi Barat, dan melawan ekspansi ekonomi, serta melawan infiltrasi budaya.

Kalau boleh dibentuk dalam sebuah skema tentang perkembangan Ahlussunnah dan peranannya itu dapatlah digambarkan sebagai berikut :

Ahlussunnah
Tantangan
Peran Mereka
I. Periode Fiqhiyah Ushuliyah :
-          Hanafiyah
-          Malikiyah
-          Syafi’iyah
-          Hambaliyah
Masuknya filsafat Yunani yang didukung Qadariyah
-          Memberikan fatwa larangan dan menjauhi filsafat dan logika Yunani.
-          Merumuskan Ushul Fiqih sebagai logika hukum Islam.
-          Mempertahankan Islam dengan menggunakan argument rasional, sebagai alat.
-          Kritik tajam terhadap filsafat Yunani.
-          Menghancurkan posisi kermandirian filsafat Yunani dalam filsafat Islam.
-          Penawaran mistikisme Islam sebagai alternatif.
-          Mencetuskan metode eksperimen dan pemapanan ideologi Islam baik bidang politik, sosial dan agama.
III. Periode Fiqhiyah kalamiyah :
-          Asy’ariyah
-          Maturidiyah
Pengagungan akal yang didasari prinsip logika Yunani. Didukung oleh Mu’tazilah
III. Periode Filsafat Islam :
-          Al Ghazaliyah
Pemikiran-pemikiran filsafat  Yunani yang telah menunjukkan kemandiriannya, bukan semata sebagai alat.
Didukung oleh para filsuf Islam
IV. Periode Kebangkitan Islam :
-          Ibnu Taimiyah
-          Para Reformer
-          Pan’s Islam
Infiltrasi kebudayaan, Westernisasi
Ekspansi ekonomi
Indoktrinasi ideologi
Kristenisasi

Dilihat dari skema itu, tampak peran yang berkembang dinamis dari Ahlussunnah sejak pertumbuhannya semula. Kadar rasionalitas dalam menjawab tantangan semakin menunjukkan kematangan. Sekarang kita berhadapan dengan banyak tantangan westernisasi, liberalisasi, kapitalisme, teknokrasi yang dipancarkan oleh Barat, dan sosialisme, komunisme, Bolshivisme, “budaya Keadikuasaan”, kosmopolitisme, komputerisasi dibidang manusiawi, yang dipancarkan oleh negara-negara komunis terutama US. Apa jawaban yang diberikan oleh Ahlussunnah, untuk memberikan kepercayaan para anggota dan ummatnya? Sanggupkah mereka melanjutkan dan mengembangkan kadar intelektualitas yang telah mentradisi dalam perkembangan Ahlussunnah itu?

Kebanyakan dari kita hanyalah mengaku Ahlussunnah tapi tak banyak berbuat bagi kelangsungan tradisi perkembangan. Bahkan lebih tragis, di antara kita harus diakui, banyak mengakui Ahlussunnah, tapi tak mengerti tradisi itu, sehingga terpatri dalam kejumudan. Renungan buat NU, Muhammadiyah, Persis, Alwasliyah …!!! ***

Sumber : majalah Al-Muslimun No. 217 Thn (35) Sya’ban/Ramadhan 1408 April 1988
Penulis : Syarqawi Dhofir

Kamis, 02 Oktober 2014

KONSEP HIDUP KAYA

MAUKAH ANDA KAYA ?
INILAH KONSEP HIDUP KAYA DAN BERKAH
Menurut Prof. Yunus
 

I.
PUNYA KEYAKINAN YANG KUAT (LANDASAN THEOLOGI)

Ø
AGAMA APAPUN YANG ANDA ANUT

Ø
BERKEYAKINAN MEMBUAT LANGKAH MANTAP DALAM MENGEJAR DREAM (CITA-CITA)

Ø
LANDASAN BERPIJAK UNTUK MELANGKAH



II.
HORMATI ORANG TUA TERUTAMA IBU

Ø 
DENGAN MENGHORMATI ORANG TUA MEMBAWA BERKAH DAN DOA ORANG TUA TERNYATA SANGAT MUSTAJAB

Ø 
MENGHORMATI IBU MELAPANGKAN REZEKI

Ø 
SAMAKAN NIAT DAN MIMPI ANDA DENGAN PASANGAN ANDA

Ø
SURAT LUQMAN AYAT 14 : “Bersyukur kepada orang tua nomor 2 setelah kepada Tuhan”.



III.
HIDUP SEDERHANA DAN GEMAR MENABUNG

Ø
SEDERHANA TIDAK PELIT

Ø
SEDERHANA TIDAK BERARTI SENGSARA

Ø
TIDAK BOLEH BESAR PASAK DARI PADA TIANG

Ø
SEDERHANA BERARTI SESUAI DENGAN PENDAPATAN

Ø
TIDAK DEMONSTRATIF

Ø
TIDAK PAKE KARTU KREDIT/TIDAK MEMBIASAKAN UTANG

Ø
GUNAKAN TEORI CONFUSIUS DALAM BEREKONOMI


A)
PUNYA RUMAH SEBELUM 40 TAHUN


B)
JANGAN GADAIKAN PENGHASILAN BULAN DEPAN UNTUK KEPENTINGAN HARI INI


C) 
HIDUP DIATUR 3 PERIODE :



I.
- Konsumsi 30 %




- Cadangan 20 %




- Tabungan 50 %, sampai terkumpul 20x modal yang dicita-citakan



II.
- Makan (konsumsi) 50 %




- Cadangan 20 %




- Tabungan 30 %, sampai terkumpul ½ dari 20x modal yang dicita- 
  citakan



III.
Habiskan penghasilanmu bulan itu, bunga dari tabungan I dan II dihimpun sebagai modal awal dan boleh pinjam 20x modal awal tersebut.





IV.
APAPUN PROFESI KITA HARUS ADA BISNIS SAMPINGAN (WIRAUSAHA) YANG DIGELUTI SAMA BAIKNYA DENGAN PROFESI KITA.

Ø
TIDAK BOLEH BERHIMPITAN DENGAN KEKUASAAN YANG KITA PEGANG

Ø
MODALNYA JUJUR

Ø
HADITS NABI MUHAMMAD SAW :


BILA INGIN HIDUP SEDERHANA, JADI PEGAWAI


BILA INGIN HIDUP TENANG, JADI PETANI


BILA INGIN HIDUP KAYA RAYA, JADI PEDAGANG




V.
GEMAR BERBAGI

REZEKI HENDAKNYA DINAFKAHKAN UNTUK PEPENTINGAN DIRI DAN KELUARGA, SERTA KEPENTINGAN ORANG SEKITAR, KARENA ITU BERBAGI ADALAH BAGIAN PENTING DALAM HIDUP, BERUPA ZAKAT, INFAK ATAUPUN SHADAQAH.

DALAM AGAMA ISLAM BERBAGI AKAN MENUMBUHKAN KASIH SAYANG DARI LINGKUNGAN DAN KEUNTUNGAN DARI BERBAGI ITU, DIGAMBARKAN OLEH AYAT AL-QUR’AN SURAT AL-BAQARAH AYAT 261 :  
Orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan kebajikan (Allah) seperti menanam 1 butir benih tumbuh 7 tangkai dan tiap tangkai berisi 100 biji (700x). Allah melipatgandakan bagi siapa saja yang berbuat kebajikan dan Allah Maha Kaya dan Maha Mengetahui”.

100 – 2 BUKAN 98

100 – 2 = 98 + ( 2 X 1 X 7 X 100 ) = 1.498

MENGHITUNG UNTUNG RUGI TIDAK HANYA PAKAI OTAK BAGIAN KIRI, TAPI JUGA OTAK BAGIAN KANAN.


Selamat Mencoba

❖ Dua bidadari akan mendampingi anda dalam mengejar cita-cita
❖ Konsultasikan dengan penulis bisa anda lakukan, bila diperlukan
❖ Semoga Allah SWT memberkahi kita. Amien !.

Sumber Materi MK. "Entrepreneurship"
Oleh Prof. Dr. H.A. Yunus, Drs., MBA., M.Si.
Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam Universitas Majalengka