SEJARAH TIMBULNYA
PERBEDAAN ALIRAN DALAM ISLAM
Oleh : Hans Asysyirboni Aljabari Aljawi
Pada
awalnya Islam adalah satu aliran. itu terjadi di saat Nabi Muhammad SAW masih
hidup. Segala hal yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam langsung ditanyakan
pada nara
sumbernya, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Risalah Ilahi. Dan apabila
Nabi tidak bisa menjawab sendiri maka Nabi bermunajat kepada Allah untuk
mendapatkan wahyu, sehingga apapun keputusan Nabi adalah merupakan suatu
kebenaran yang harus dijalani oleh ummatnya. Perbedaan pendapat itu baru muncul
setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dalam konteks ini kita harus melihat sejarah
proses timbulnya faham-faham Islam.
Sebagaimana
telah dicatat oleh para ahli sejarah, bahwa kedatangan Islam yang membawa missi
Rahmatan Lil ‘Alamin ini, ternyata tidak semua pihak menerimanya dengan senang
hati, kecuali pihak-pihak yang memang telah mendapatkan Hidayah dari Allah SWT.
Mereka
yang tidak mendapat Hidayah ini, selalu berusaha menghancurkan Islam dengan
segala daya dan upaya. Tekad mereka menolak Islam dengan segala daya dan upaya
ini, dilakukan sejak Rasulullah SAW menerima wahyu, mendakwahkan wahyu sampai
Rasulullah berhasil menguasai Jazirah Arab.
Segala
bentuk sikap menolak Islam ini telah mereka lakukan, baik berbentuk intimidasi,
sabotase ekonomi, pertumpahan darah (peperangan), inviltrasi, akulturasi dan
lain sebagainya. Maksud mereka menolak Islam, dan menghancurkan Islam ini,
ternyata masih mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena generasi pertama yang
di dalam mengamalkan Syari'at Islam langsung di bawah pengawasan beliau
Rasulullah SAW. mempunyai daya tangkal
cukup kuat.
Usaha
mereka yang mengalami kegagalan di zaman Rasulullah ini dilanjutkan setelah
Rasulullah wafat, yaitu di zaman Sahabat. Peristiwa Perang Yamamah, di mana
terjadinya perang tersebut adalah karena adanya kelompok yang menentang
diwajibkannya Zakat di zaman Khalifah Abu Bakar. Ini adalah merupakan hasil
salah satu hasutan mereka.
kalau
generasi Sahabat yang menerima Islam langsung dari Rasulullah SAW itu memiliki
daya tangkal yang cukup kuat sehingga dapat menggagalkan usaha merusak Islam
dari kaum Musyrikin/Munafikin itu adalah wajar, sebab oleh Rasulullah sendiri,
generasi pertama dalam Islam ini dianggap sebagai generasi yang terbaik dengan
Haditsnya :
ﺍﺼﺤﺎﺒﻰ
ﻜﺎﻠﻨﺠﻮﻢ ﺒﺄﻴﻬﻢ ﺍﻘﺘﺪﻴﺘﻢ ﺍﻫﺘﺪﻴﺘﻢ
(Ash-haabii kannujuumi biayyihimuqtadaitum
ihtadaitum).
Artinya
:
“Sahabat-sahabatku
adalah laksana bintang dimana saja kamu mengikuti jejak mereka, kamu akan
mendapatkan hidayah dari Allah SWT.”
Sabda Rasulullah SAW :
ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺒﺴﻨﺘﻰ ﻮﺴﻨﺔ ﺍﻠﺨﻠﻔﺎﺀ
ﺍﻠﺮﺍﺸﺪﻴﻦ ﺍﻠﻤﻬﺪﻴﻴﻦ
ﺮﻮﺍﻩ ﺍﺒﻮ ﺪﺍﻮﺪ
(Alaikum bisunnatii wasunnatil
khulafaairroosyidiinal mahdiyyiina)
Artinya :
“Haruslah kamu selalu
berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaurrosyidin yang selalu
mendapatkan hidayah.” (H.R. Abu Dawud)
ﺨﻴﺮ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﻘﺮﻨﻰ ﺜﻢ ﺍﻠﻨﻴﻦ ﻴﻠﻮﻨﻬﻢ ﺜﻢ ﺍﻠﻨﻴﻦ ﻴﻠﻮﻨﻬﻢ
ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ
(Khoirunnaasi qornii tsummalladziina yaluunahum
tsummalladziina yaluunahum)
Artinya
:
“Sebaik-baik
manusia adalah orang yang hidup dalam abadku, kemudian disusul oleh generasi
yang berada pada abad berikutnya dan disusul dengan abad-abad berikutnya.”
(H.R. Al-Bukhori)
Walaupun
usaha mereka untuk merusak Islam termasuk merusak faham dan akidahnya di zaman
Rasulullah SAW dan di zaman Sahabat Nabi mengalami kegagalan, namun mereka yang
memang tidak dapat hidayah dari Allah SWT itu, terus berusaha tidak mengenal
lelah dan putus asa, dan usaha jihad itu diteruskan dimana generasi Tabiin,
Tabiittabiin dan seterusnya dan seterusnya.
Mereka
yang menolak dan akan merusak Islam ini, menyadari sepenuhnya akan kekuatan
Islam yang sudah tidak dapat dibendung dengan kekuatan fisik yang mereka
miliki. Dalam kondisi yang demikian (kondisi dimana mereka kalah dalam bidang
fisik) ini, mereka lalu merubah strategi di dalam upaya menghancurkan Islam.
strategi yang baru ini antara lain dilakukan dengan cara"Politik Adu
Domba" diantara sesama kekuatan Islam. Untuk terlaksananya rencana mengadu
domba sesama umat Islam ini, mereka membutuhkan figur yang dapat dengan leluasa
keluar masuk di daerah Islam, bebas berbicara dan bebas berkasak-kusuk di
kalangan kaum Muslimin.
Menentukan
dan menunjuk figur yang mampu melaksanakan tugas ini, memang bukan pekerjaan
yang mudah, mereka meneliti satu persatu kepada figur yang mungkin mampu
menghancurkan Islam dari dalam (internal). Dan akhirnya Sejarah mencatat bahwa,
figur yang ditetapkan mereka untuk tugas meracuni Islam dari dalam untuk
menikam Islam dari dalam ini ternyata jatuh pada Ibnu Salul yang dalam Sejarah
Islam dikenal sebagai tokoh dan dedengkot kaum Munafiqin.
Ibnu
Salul terus bergerak dengan cerdiknya, dengan lihainya, dia bujuk Umat Islam
yang satu dan dia rayu Umat Islam yang lain tanpa mengenal lelah dan putus asa.
Peristiwa Perang Yamamah, peristiwa perbedaan pendapat antara Khalifah Abu
Bakar dan putri Nabi Sayyidatina Fatimah RA tentang "Warotsah",
peristiwa tentang terbunuhnya Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab oleh budak
Mughiroh, peristiwa kebijaksanaan Amirul Mukminin Utsman Ibnu Affan mengangkat
beberapa pembantu terdekatnya dari orang-orang yang masih terjalin hubungan
famili (nepotisme), dan lain-lain , adalah merupakan lubang-lubang kesempatan
yang dinilai cukup besar bagi Ibnu Salul Cs untuk melaksanakan program busuknya
itu.
Dan
Sunnatullah telah berjalan, sejarahpun mencatat bahwa kematian Sayyidina Umar
Ibnu Khattab yang tidak wajar itu telah disusul dengan kematian Sayyidina
Utsman Ibnu Affan yang juga tidak wajar (dibunuh oleh demonstran dari Mesir).
Kemudian disusul berturut-turut dengan Wak'atul Jamal (pertempuran antara
Khalifah Ali dan pasukan Sayyidah A'isyah RA), disusul dengan Wak'atus Siffin
(pertempuran antara Khalifah Ali dan S. Muawiyah RA) yang semuanya tadi telah
meminta korban puluhan ribu kaum Muslimin mati terbunuh di tangan dan pedang
kaum Muslimin sendiri. Tidak berhenti sampai disitu, ternyata fitnah terus
berkembang dengan gegap gempita sampai pada puncaknya dengan terbunuhnya
Khalifah keempat S. Ali bin Abi Thalib RA, terbunuhnya cucunda tercinta
Rasulullah SAW, Husain RA dengan cara yang sangat tragis dan menyedihkan. Orang
mukmin yang sempurna akan menangis melihat sejarah yang hitam kelam ini, dan
hanya insan-insan Munafiq dan sekutunya (Ibnu Salul Cs) sajalah yang pantas
berbangga diri ketawa lebar-lebar.
Perselisihan-perselisihan
yang terjadi pada masa Khalifah empat khususnya dan di masa Sahabat Nabi
umumnya ini, masih terbatas pada perselisihan bidang politik tidak sampai pada
bidang akidah. tetapi perselisihan yang terbatas bidang politik ini, menjadi perselisihan
bidang akidah, fiqih dan segala yang menyangkut pokok ajaran keagamaan yang
dibawa oleh Rasulullah SAW. Akhirnya Ummat Islam yang satu di bawah
kepemimpinan Rasulullah SAW dan diteruskan oleh Khulafaurrosyidin itu, pecah
berkeping-keping menjadi beberapa kelompok (firqoh) yang antara kelompok satu
dengan kelompok lain mempunyai pandangan Akidah Islamiyah yang berbeda, Madzhab
dan faham yang berbeda. Bahkan sebagaimana disinyalir Rasulullah SAW bahwa Umat
Islam (setelah wafatnya beliau) terpecah menjadi 73 golongan/kelompok. Yang
selamat dari semua firqoh itu hanya satu. yakni "Ahlussunnah Wal
Jama'ah".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar