Sabtu, 30 Maret 2013

Sejarah Timbulnya Perbedaan Aliran dalam Islam


SEJARAH TIMBULNYA PERBEDAAN ALIRAN DALAM ISLAM
Oleh : Hans Asysyirboni Aljabari Aljawi

Pada awalnya Islam adalah satu aliran. itu terjadi di saat Nabi Muhammad SAW masih hidup. Segala hal yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Islam langsung ditanyakan pada nara sumbernya, yaitu Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa Risalah Ilahi. Dan apabila Nabi tidak bisa menjawab sendiri maka Nabi bermunajat kepada Allah untuk mendapatkan wahyu, sehingga apapun keputusan Nabi adalah merupakan suatu kebenaran yang harus dijalani oleh ummatnya. Perbedaan pendapat itu baru muncul setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Dalam konteks ini kita harus melihat sejarah proses timbulnya faham-faham Islam.

Sebagaimana telah dicatat oleh para ahli sejarah, bahwa kedatangan Islam yang membawa missi Rahmatan Lil ‘Alamin ini, ternyata tidak semua pihak menerimanya dengan senang hati, kecuali pihak-pihak yang memang telah mendapatkan Hidayah dari Allah SWT.

Mereka yang tidak mendapat Hidayah ini, selalu berusaha menghancurkan Islam dengan segala daya dan upaya. Tekad mereka menolak Islam dengan segala daya dan upaya ini, dilakukan sejak Rasulullah SAW menerima wahyu, mendakwahkan wahyu sampai Rasulullah berhasil menguasai Jazirah Arab.

Segala bentuk sikap menolak Islam ini telah mereka lakukan, baik berbentuk intimidasi, sabotase ekonomi, pertumpahan darah (peperangan), inviltrasi, akulturasi dan lain sebagainya. Maksud mereka menolak Islam, dan menghancurkan Islam ini, ternyata masih mengalami kegagalan. Hal ini disebabkan karena generasi pertama yang di dalam mengamalkan Syari'at Islam langsung di bawah pengawasan beliau Rasulullah SAW.  mempunyai daya tangkal cukup kuat.

Usaha mereka yang mengalami kegagalan di zaman Rasulullah ini dilanjutkan setelah Rasulullah wafat, yaitu di zaman Sahabat. Peristiwa Perang Yamamah, di mana terjadinya perang tersebut adalah karena adanya kelompok yang menentang diwajibkannya Zakat di zaman Khalifah Abu Bakar. Ini adalah merupakan hasil salah satu hasutan mereka.

kalau generasi Sahabat yang menerima Islam langsung dari Rasulullah SAW itu memiliki daya tangkal yang cukup kuat sehingga dapat menggagalkan usaha merusak Islam dari kaum Musyrikin/Munafikin itu adalah wajar, sebab oleh Rasulullah sendiri, generasi pertama dalam Islam ini dianggap sebagai generasi yang terbaik dengan Haditsnya :

ﺍﺼﺤﺎﺒﻰ ﻜﺎﻠﻨﺠﻮﻢ ﺒﺄﻴﻬﻢ ﺍﻘﺘﺪﻴﺘﻢ ﺍﻫﺘﺪﻴﺘﻢ
 (Ash-haabii kannujuumi biayyihimuqtadaitum ihtadaitum).

Artinya :
“Sahabat-sahabatku adalah laksana bintang dimana saja kamu mengikuti jejak mereka, kamu akan mendapatkan hidayah dari Allah SWT.”

 Sabda Rasulullah SAW :
ﻋﻠﻴﻜﻢ ﺒﺴﻨﺘﻰ ﻮﺴﻨﺔ ﺍﻠﺨﻠﻔﺎﺀ ﺍﻠﺮﺍﺸﺪﻴﻦ ﺍﻠﻤﻬﺪﻴﻴﻦ 
ﺮﻮﺍﻩ ﺍﺒﻮ ﺪﺍﻮﺪ           

(Alaikum bisunnatii wasunnatil khulafaairroosyidiinal mahdiyyiina)

Artinya :
“Haruslah kamu selalu berpegang teguh pada sunnahku dan sunnah para Khulafaurrosyidin yang selalu mendapatkan hidayah.” (H.R. Abu Dawud)

ﺨﻴﺮ ﺍﻠﻨﺎﺲ ﻘﺮﻨﻰ ﺜﻢ ﺍﻠﻨﻴﻦ ﻴﻠﻮﻨﻬﻢ ﺜﻢ ﺍﻠﻨﻴﻦ ﻴﻠﻮﻨﻬﻢ

ﺮﻮﺍﻩ ﺍﻠﺒﺨﺎﺮﻯ

(Khoirunnaasi qornii tsummalladziina yaluunahum tsummalladziina yaluunahum)

Artinya :
“Sebaik-baik manusia adalah orang yang hidup dalam abadku, kemudian disusul oleh generasi yang berada pada abad berikutnya dan disusul dengan abad-abad berikutnya.” (H.R. Al-Bukhori)

Walaupun usaha mereka untuk merusak Islam termasuk merusak faham dan akidahnya di zaman Rasulullah SAW dan di zaman Sahabat Nabi mengalami kegagalan, namun mereka yang memang tidak dapat hidayah dari Allah SWT itu, terus berusaha tidak mengenal lelah dan putus asa, dan usaha jihad itu diteruskan dimana generasi Tabiin, Tabiittabiin dan seterusnya dan seterusnya.

Mereka yang menolak dan akan merusak Islam ini, menyadari sepenuhnya akan kekuatan Islam yang sudah tidak dapat dibendung dengan kekuatan fisik yang mereka miliki. Dalam kondisi yang demikian (kondisi dimana mereka kalah dalam bidang fisik) ini, mereka lalu merubah strategi di dalam upaya menghancurkan Islam. strategi yang baru ini antara lain dilakukan dengan cara"Politik Adu Domba" diantara sesama kekuatan Islam. Untuk terlaksananya rencana mengadu domba sesama umat Islam ini, mereka membutuhkan figur yang dapat dengan leluasa keluar masuk di daerah Islam, bebas berbicara dan bebas berkasak-kusuk di kalangan kaum Muslimin.

Menentukan dan menunjuk figur yang mampu melaksanakan tugas ini, memang bukan pekerjaan yang mudah, mereka meneliti satu persatu kepada figur yang mungkin mampu menghancurkan Islam dari dalam (internal). Dan akhirnya Sejarah mencatat bahwa, figur yang ditetapkan mereka untuk tugas meracuni Islam dari dalam untuk menikam Islam dari dalam ini ternyata jatuh pada Ibnu Salul yang dalam Sejarah Islam dikenal sebagai tokoh dan dedengkot kaum Munafiqin.

Ibnu Salul terus bergerak dengan cerdiknya, dengan lihainya, dia bujuk Umat Islam yang satu dan dia rayu Umat Islam yang lain tanpa mengenal lelah dan putus asa. Peristiwa Perang Yamamah, peristiwa perbedaan pendapat antara Khalifah Abu Bakar dan putri Nabi Sayyidatina Fatimah RA tentang "Warotsah", peristiwa tentang terbunuhnya Amirul Mukminin Umar Ibnu Khattab oleh budak Mughiroh, peristiwa kebijaksanaan Amirul Mukminin Utsman Ibnu Affan mengangkat beberapa pembantu terdekatnya dari orang-orang yang masih terjalin hubungan famili (nepotisme), dan lain-lain , adalah merupakan lubang-lubang kesempatan yang dinilai cukup besar bagi Ibnu Salul Cs untuk melaksanakan program busuknya itu.

Dan Sunnatullah telah berjalan, sejarahpun mencatat bahwa kematian Sayyidina Umar Ibnu Khattab yang tidak wajar itu telah disusul dengan kematian Sayyidina Utsman Ibnu Affan yang juga tidak wajar (dibunuh oleh demonstran dari Mesir). Kemudian disusul berturut-turut dengan Wak'atul Jamal (pertempuran antara Khalifah Ali dan pasukan Sayyidah A'isyah RA), disusul dengan Wak'atus Siffin (pertempuran antara Khalifah Ali dan S. Muawiyah RA) yang semuanya tadi telah meminta korban puluhan ribu kaum Muslimin mati terbunuh di tangan dan pedang kaum Muslimin sendiri. Tidak berhenti sampai disitu, ternyata fitnah terus berkembang dengan gegap gempita sampai pada puncaknya dengan terbunuhnya Khalifah keempat S. Ali bin Abi Thalib RA, terbunuhnya cucunda tercinta Rasulullah SAW, Husain RA dengan cara yang sangat tragis dan menyedihkan. Orang mukmin yang sempurna akan menangis melihat sejarah yang hitam kelam ini, dan hanya insan-insan Munafiq dan sekutunya (Ibnu Salul Cs) sajalah yang pantas berbangga diri ketawa lebar-lebar.

Perselisihan-perselisihan yang terjadi pada masa Khalifah empat khususnya dan di masa Sahabat Nabi umumnya ini, masih terbatas pada perselisihan bidang politik tidak sampai pada bidang akidah. tetapi perselisihan yang terbatas bidang politik ini, menjadi perselisihan bidang akidah, fiqih dan segala yang menyangkut pokok ajaran keagamaan yang dibawa oleh Rasulullah SAW. Akhirnya Ummat Islam yang satu di bawah kepemimpinan Rasulullah SAW dan diteruskan oleh Khulafaurrosyidin itu, pecah berkeping-keping menjadi beberapa kelompok (firqoh) yang antara kelompok satu dengan kelompok lain mempunyai pandangan Akidah Islamiyah yang berbeda, Madzhab dan faham yang berbeda. Bahkan sebagaimana disinyalir Rasulullah SAW bahwa Umat Islam (setelah wafatnya beliau) terpecah menjadi 73 golongan/kelompok. Yang selamat dari semua firqoh itu hanya satu. yakni "Ahlussunnah Wal Jama'ah".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar